|

Pusat Pariwisata Ramah Muslim Nagari Sungai Batang Ikon Wisata Maninjau

“Jika adik memakan pinang, Makanlah dengan sirih hijau.

Jika adik datang ke Minang, Jangan lupa singgah ke Maninjau.”

Pantun Ir. Sukarno, Proklamator dan Presiden RI pertama.

Maninjau memberikan kesan tersendiri bagi Proklamator dan Presiden pertama Republik Indonesia itu. Di tengah kunjungan kerjanya ke wilayah Sumatera Barat, pada 10 Juni 1948, ia singgah ke Maninjau. Pantun Sukarno tergantung di ruang tengah Museum Kelahiran Buya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) di Kampung Tanah Sirah, Nagari Sungai Batang, Maninjau. Sebait pantun itu diketik rapi pada selembar kertas berbingkai. Tulisan itu berjudul “Kenang Kenangan Hidup”. “Maninjau yang indah permai.”ucap Bung Karno.

Bukan hanya menikmati keindahan alam yang dikelilingi bukit-bukit dan hamparan sawah berundak (terasering) dan pepohonan rindang, tapi ia juga menyempatkan berdialog dengan rakyat. Sukarno berpidato di bawah pohon beringin di sekitar kawasan Sekolah Guru Bawah (SGB) Maninjau di Tanjungraya. Sekolah itu kini menjadi SMA Negeri 1 Tanjung Raya.

Maninjau melahirkan banyak tokoh besar. Kakek Buya Hamka adalah ulama besar Maninjau, Syekh Amrullah Tuanku Kisa’i. Makam beliau tidak jauh dari tepi danau Maninjau, terletak di Jorong Nagari, Tanjungraya, Kabupaten Agam. Maninjau dikenal dengan pusat keagamaan. Banyak ulama besar berpengaruh yang lahir dan berdakwah di kawasan sejak abad XIX. Diantaranya, Syekh Abdussamad Maninjau, Syekh Abdullah Kto Baru Maninjau, dan Syekh Amrullah Maninjau.

Pada abad XX  dikenal beberapa ulama besar Maninjau, diantaranya Syekh Muhammad Salim Bayur Maninjau, Syekh Abu Bakar Maninjau, Syekh Hasan Bashri Maninjau, dan Syekh Abdul Karim Amrullah Maninjau. Nama terakhir adalah ayahanda Buya Hamka, dikenal juga dengan nama Haji Rasul. Ayahanda Buya Hamka adalah ulama besar yang berpendidikan tinggi, ia bergelar Doktor (Dr), Inyiak Dr Abdul Karim Amrullah. Buya Hamka lahir di Tanah Sirah Nagari Sungai Batang pada 13 Muharram 1326, bertepatan tanggal 16 Februari 1908, dari pasangan adalah  Inyiak Doktor Abdul Karim Amrullah dan Syafiyah.

Pada usia 16 tahun, Hamka merantau ke Jawa, mengikuti jejak kakak perempuannya Fhatimah Karim Amrullah yang ikut suaminya Buya Ahmad Rasyid Sutan Mansur (AR St. Mansur) yang berdagang batik di Pekalongan. Buya AR St. Mansur adalah ulama besar dan tokoh nasional, yang menjadi Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah periode 1956-1959.

Sebagaimana datuk dan ayahnya, Buya Hamka menjadi ulama besar dan sastrawan nasional yang dikenal hingga ke mancanegara dengan karya-karyanya, antara lain buku berjudul “Di Bawah Lindungan Ka’bah”, buku “Tenggelamnya Kapan Van Der Wijck”, dan buku “Merantau ke Deli”. Buya Hamka juga adalah salah seorang tokoh pendiri dan ketua umum pertama Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Maninjau juga melahirkan banyak tokoh besar. Dari kawasan Salingka Danau Maninjau yang dikelilingi 10 nagari, selain pahlawan nasional Hamka dan keluarga besarnya, juga tempat kelahiran tokoh dan pahlawan nasional Hj. Rangkayo Rasuna Said dan Mohammad Natsir (perdana menteri dijuluki Bapak NKRI).

Maninjau adalah pusat tumbuhnya peradaban Islam di Minangkabau dan pusat perjuangan nasional menuju kemerdekaan Indonesia. Wilayah ini kini menjadi kunjungan peziarah, bukan hanya peziarah domestik, tapi juga  peziarah dari mancanegara, khususnya turis dari Malaysia, Thailand, Singapura. Mereka antara lain berkujung ke Museum Keliharan Buya Hamka dan berziarah ke makam Syech Amrullah. Selain berziarah, juga berwisata di kawasan Danau Maninjau. Danau yang indah, dikelilingi pengunungan. Menuju kawasan ini, dari Bukittinggi melalui kelok 44 berupa tikungan tajam di tepi danau Maninjau memberikan pengalaman tersendiri bagi wisatawan dan peziarah.

Lembaga Wakaf Majelis Ulama Indonesia (LWMUI/Wakaf MUI) bersama Politeknik Pariwisata NHI Bandung – Kementerian Pariwisata RI, Nagari Sungai Batang, dan Departemen Ekonomi Syariah (DEKS) Bank Indonesia, melihat potensi besar untuk pengembangan pariwisata halal (halal tourism) di kawasan Maninjau, sebagai pilot proyek pengembangan pariwisata ramah muslim (PRM) berbasis desa wisata, di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) kepada Lembaga Wakaf MUI, menggandeng kerjasama wakaf produktif dengan ahli waris keluarga Buya AR St. Mansur – Ibu Fathimah Karim Amrullah, merevitalisasi dan rekontruksi rumah bersejarah warisan dari Inyak Doktor Karim Amrullah kepada Fathimah Karim Amrullah, di tepi Danau Maninjau, Nagari Sungai Batang. Tanah dan rumah itu digunakan untuk pusat pengembangan pariwisata ramah mulim (PRM) Nagari Sungai Batang. Lokasinya hanya beberapa ratus meter dari makam Syekh Amrullah dan Masjid peninggalan Syekh Amrullah. Dan, sekitar tiga kilometer dari Museum Kelahiran Buya Hamka. Model wakafnya berupa wakaf manfaat hak pakai di atas hak milik ahli waris untuk kurun waktu tertentu (wakaf sementara/temporary waqf).

PRM Nagari Sungai Batang ini akan menjadi pusat (center/hub) pengembangan pariwisata halal di Nagari Sungai Batang dan kawasan Danau Maninjau yang dikelilingi 10 nagari, yang dapat menjadi rantai nilai halal (halal value chain/HVC) yang berdampak meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat melalu sektor pariwisata, budaya, serts usaha mikro, kecil, dan menengah (UMK). Ini merupakan percontohan implementasi dari Cetak Biru Pengembangan Pariwisata Ramah Muslim (PRM) yang disusun oleh para stakehoders pariwisata halal yang melibatkan sejumlah Kementerian dan lembaga serta komunitas pariwisata ramah muslim.

Ada enam fungsi dalam pusat pengembangan PRM Nagari Sungai Batang di Maninjau. Pertama adalah manajemen organisasi desa wisata; kedua, pusat penjualan (sales center); ketiga, pusat bisnis komunitas (community business center); keempat, pusat informasi wisatawan terintegrasi (integrated tourist information center); kelima, pusat layanan homestay masyarakat (integrated guest house); dan keenam, galeri produk-produk UMKM lokal (local product showcase). Pusat PRM Nagari Sungai Batang dilengkapi dengan kedai (kafe), roof top untuk spot foto yang dapat memandang luas Danau Maninjau, serta ruang terbuka dan amphitheatre untuk pentas seni dan budaya masyararakat.

Di gedung yang berarsitektur rumah gadang itu terdapat ruang (space) yang akan menjadi semacam museum mini untuk memajang dokumentasi, foto, barang-barang, dan karya masa perjuangan Buya AR St. Mansur dan Fhatimah Karim Amrullah, Buya Hamka, dan tokoh-tokoh perjuangan asal Maninjau, yang menjadi bagian dari sejarah kemerdekaan dan pembangunan Indonesia. PRM Sungai Batang juga akan dilengkapi sarana digital untuk memudahkan wisatawan mendapatkan informasi, mempelajari budaya dan sejarah, marketplace paket wisata danproduk UMKM, serta sarana transaksi pembayaran berbasis QRIS.

Pengembangan rantai nilai halal pariwisata ramah muslim mencakup pengembangan Muslim Friendly Travel Indicator (MuFTI) dan peta jalan (roadmap) strategi pengembangan berbasis komunitas dan masyarakat. Untuk itu dilakukan pendampingan pengelolaan serta penguatan kelembagaan komunitas usaha berbasis syariah dalam upaya mewujudkan dan meningkatkan perekonomian RNH PRM, melalui pengembangan ekosistem berbasis kearifan lokal. Pelaksanaannya melibatkan Nagari Sungai Batang, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), komunikas UMKM, komunitas adat setempat, dan lembaga/komunitas terkait lainnya.

Dengan hadirnya pusat pariwisata ramah muslim (PRM) Nagari Sungai Batang akan memudahkan wisatawan memperoleh informasi wisata, paket wisata, produk UMKM, dan penginapan (homestay) di kawasan Maninjau. Ini akan meningkatkan produktivitas masyarakat Maninjau, khususnya generasi muda, serta mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hasil manfaat dari pengelolaan wakaf produktif, akan disalurkan kembali kepada masyarakat untuk pengembangan kapasitas sumber daya manusia, ekonomi produktif, sarana ibadah, dan sosial.

Pariwisata ramah muslim Sungai Batang diharapkan menjadi role model pengembangan pariwisata halal berbasis wakaf produktif.***

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *